Selasa, 26 April 2011

Pengelolaan konflik untuk revitalisasi sekolah

Terbentuknya kultur sekolah yang baik dalam kerangka peningkatan kualitas pendidikan banyak ditentukan kemampuan kerja sama yang sinergis diantara elemen-elemen sekolah. Kerja sama yang baik dalam institusi dapat tercipta apabila terjadi gotong royong antar individu dalam mencapai tujuan bersama.
Hal ini terbukti bahwa dunia industri di Jepang lebih mengutamakan ”team work” yang cerdas untuk kerjasama menghasilkan suatu prestasi kerja dari pada kemampuan individu yang menonjol, tetapi tidak mampu bekerjasama.
Pada setiap institusi yang merupakan kumpulan banyak individu dengan karakter dan latar belakang yang berbeda-beda merupakan potensi konflik.
Konflik bisa terjadi secara vertikal antara atasan dengan bawahan maupun secara horisontal antar individu dalam level yang sama. Oleh karenanya pengelolan konflik sangat bermanfaat dalam organisasi atau institusi yang berpotensi konflik guna mendorong persaingan untuk meningkatkan motivasi kerja,meningkatkan kualitas institusi dan menciptakan organisasi yang sehat (organization heath).

Sabtu, 23 April 2011

Pembelajaran E-learning

Konsep dan model sekolah yang berbasis TIK merupakan perwujutan bagi peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu sekolah ini ditekankan pada pengembangan sarana, persiapan bahan pengajaran dan pelaksanaan kurikulum, pengembangan buku teks, peningkatan pelayanan penataran guru, peningkatan pembinaan guru, serta mengembangkan model pengembangan dan pelaksanaan manajemen SMA.

Pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di SMA menuju sekolah yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat dilaksanakan melalui penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu, serta mendorong terwujudnya good governance dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan berbasis TIK guna mewujudkan peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Upaya mewujudkan sekolah berbasis TIK perlu melibatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas SDM baik untuk kepala sekolah, guru, karyawan, dan para siswanya agar memiliki kualitas dan kompetensi yang mampu berkompetisi di dunia nasional dan internasional.

Kamis, 21 April 2011

Proyeksi SMA Negeri 4 Banjarbaru 2008-2012


Model SekolahSekolah Standar Nasional ( SSN )
InovatorKepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah
Penyedia InformasiEksan Wasesa.
KurikulumKTSP
Jumlah Siswa512 Siswa
Jumlah Kelas15 Kelas
Tujuan dan TargetMengoptimalkan lingkungan sekolah sebagai masyarakat pembelajar (scholar)untuk mendapatkan (public recoqnition) danmembangun citra yang baik (good image)
Keunggulan UtamaMemadukan pelaksanaan kegiatan yang terbaik dalam suatu keutuhan perencanaan kurikulum pembelajaran (teaching and learning) dan life skiils dengan mengkolaborasikan berbagai piranti lunak (software), dengan mengunggulkan kemampuan siswa pada bidang olahraga, Seni dan komputer
Dampak Intrusi PBMGuru akan menarik perhatian siswa dengan cara membuat isi pelajaran (contents) lebih relevan dengan tuntutan keberhasilan (karier) di masyarakat,
Dampak PengelolaanKepemimpinan, manajemen, tanggung jawab, inovasi dan transparansi menentukan kemampuan kompetitif staf yang akan berperan sebagai fasilitator.
Partisipasi MasyarakatOrang tua akan dilibatkan untuk melakukan observasi secara proporsional terhadap program-program yang dilakukan siswa dan pada pertemuan-pertemuan orang tua. Sekolah harus menjelaskan peta kurikulum kepada orang tua dan masyarakat luas.
TehnologiSekolah berbasis data dengan dengan seperangkat komputer dan internet.
MediaManual KTSP dan Quantum Learning untuk guru-guru, naskah fasilitator, naskah dan handout tentang lifeskills, CD-CD life skills, moving class (kelas berganti), formulir evaluasi dan berbagai piranti lunak (software).
Target akademikJumlah Lulusan melalui UN mendekati 100 % , Jumlah siswa kelas X dan XI yang naik kelas mendekati 100 % dengan nilai kreteria ketuntasan belajar 70
Armosfer akademikDiciptakan, dibina dan dikembangkan budaya sekolah (school culture) yang sehat kompetitif untuk meningkatkan modal manusia (human capital) yang berkualitas.Aturan normative akan ditegakan melalui komisi kode etik dan akan menyusun rekomen dari strategi peningkatan kualitas serta pelanggran terhadap tujuan pencapaian kualitas Pengawasan terhadap kualitas (quality control) pembelajaran dilakukan oleh MGMP sedangkan untuk manajemen sekolah dilakukan oleh Komisi Kode Etik. Jaminan kualitas
Kontrol dan Jaminan (quality assurance) dilakukan Badan Penjamin Mutu dengan tugas utama menyusun Kualitas berbagai SOP (standar operational Proceedure) atau Manual Mutu untuk menentukan arah, bobot dan efisiensi serta efektivitas pencapaian program. Jaminan mutu juga menentukan kelayakan suatu program dijalankan atau ditolak untuk dilaksanakan
Service excellentKualitas ditegakan dengan prinsip utama memberikan pelayanan prima (servive excellent) pada semua tataran kegiatan

Selasa, 19 April 2011

Pengembangan Budaya Sekolah

Budaya sekolah pada dasarnya merupakan norma-norma yang berlaku dan dilaksanakan oleh warga sekolah, yang mampu menumbuhkembangkan kesadaran diri , watak, ethos kerja, disiplin kerjasama, sikap pluralis dalamberbagai aspek kehidupan, kreativitas, produktivitas, kemampuan berfikir kritis, solidaritas, toleransi, dan daya saing anak didik.
Menurut Deal dan Peterson (1999), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.

Pengembangan budaya sekolah sangat ditentukan oleh lingkungan fisik, lingkungan sosial, nilai-nilai yang berkembang di sekolah dan keteladanan. Untuk membangun budaya sekolah sangat dipengaruhi pengembangan budaya fisik sekolah yang rapi, bersih, dan sejuk, serta lingkungan sosial yang damai , saling toleran tetapi disiplin dalam menegakkan aturan dan didukung dengan keteladanan kepala sekolah dan guru.

Senin, 18 April 2011

Menciptakan iklim sekolah yang sinergis dan harmonis

Bila anda mulai melangkah di pintu gerbang suatu sekolah di  banjarbaru, maka akan terbaca sebuah tulisan ” Sekolahku adalah rumahku “. Sekolah bagaikan rumah, tempat pembelajaran dalam kerangka menumbuhkembangkan siswa di bidang akademik, sosial dan emosional dengan perasaan aman, nyaman dan disiplin. Warga sekolah bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan  hubungan antar warga sekolah sinergis dan harmonis.
Selain konsep lingkungan sekolah bagaikan rumah juga iklim kenyamanan, yaitu menyangkut atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional sekolah juga harus diciptakan secara positif.  Faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi antar warga sekolah, rasa saling mempercayai dan saling menghargai antar warga sekolah.  Bila keadaan faktor-faktor tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.