Sabtu, 29 Oktober 2011

Pengelolaan Sekolah berbasis pendekatan Coaching




Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan serta mampu mewujudkan kompetensi tersebut dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai administrator, manajer, supervisor, dan seorang pemimpin (leader). Sebagai salah seorang manajer, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan sumber daya, bagi keefektifan sekolah.
Salah satu kegiatan pengelolaan sumber daya manusia adalah melalui strategi coaching. Coaching menjadi suatu kebutuhan di masa sekarang ini dan akan menjadi salah satu gaya kepemimpinan yang umum digunakan di masa depan. Terdapat banyak literatur yang mengupas tentang perlunya coaching dalam setiap organisasi, termasuk sekolah. Secara umum coaching adalah suatu bentuk pembimbingan antara personal yang satu dengan lainnya. Seorang kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang lebih untuk menjadi coach, menginspirasi dan memotivasi stafnya. 

Coaching merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah kepada wakil kepala sekolah, wakil kepala sekolah kepada guru, pendidik kepada anak didiknya, atau antara guru dan antara siswa. Hal ini biasa dilakukan terutama dalam membantu memecahkan masalah atau membuat keputusan. Namun demikian untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, coaching harus direncanakan dalam suatu program yang sistematis dengan menggunakan prinsip dan teknik yang sesuai.
Menurut Wikipedia, coaching yang berasal dari kata dalam Bahasa Inggris, yakni coach yang diartikan a horse-drawn carriage (kereta kuda); a type of passenger-carrying road vehicle; a type of passenger car used in rail transport (kendaraan yang digunakan untuk membawa penumpang dengan fasilitas tertentu, biasanya dalam perjalanan jarak jauh). 
Dari definisi harfiah diatas, dapat dianalogikan bahwa coaching adalah proses yang bertujuan untuk membawa penumpang dari satu lokasi ke lokasi lainnya sesuai dengan tujuan masing-masing. Sederhananya, seorang coach mengantar atau mendampingi pembelajar (orang yang di coach) dari keadaannya saat ini ke taraf kehidupan yang lebih baik sesuai dengan tujuan hidupnya. Coaching adalah mengenai perubahan dan transformasi - mengenai kemampuan seseorang untuk tumbuh, merubah perilaku yang menghalangi kemajuan, untuk melahirkan perilaku serta tindakan baru.  Dalam perkembangan selanjutnya pengertian coaching lebih sederhana yaitu suatu proses membina karyawan dengan mendorong mereka untuk dapat mengembangkan diri dan memperpaiki kinerjanya melalui refleksi bagaimana mereka menerapkan suatu ketrampilan dan pengetahuan tertentu dalam menangani sasaran kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

Perlunya Coaching di Sekolah
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi adalah pencapaian kinerja yang optimal dari setiap individu untuk mewujudkan visi organisasi. Pencapaian kinerja yang optimal dapat terwujud apabila terjadi keselarasan antara nilai-nilai organisasi dan nilai-nilai individu. Nilai-nilai sebagai landasan perilaku mampu menjamin suatu perubahan perilaku yang relatif permanen. Proses mencapai keselarasan ini hanya dapat terjadi jika sebuah organisasi, terutama sekolah, dapat menjadi organisasi pembelajar (learning organization). Seorang kepala sebuah organisasi belajar harus mampu menciptakan kondisi dimana setiap orang yang ada di sekolah senantiasa belajar secara efektif, efisien dan konsisten. Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam menciptakan kondisi demikian adalah dengan senantiasa menerapkan proses coaching yang dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku dan atau kinerja

Seperti telah disebutkan sebelumnya, proses coaching biasa diterapkan di sekolah meskipun mungkin belum sepenuhnya dilakukan menurut prinsip dan teknik coaching yang sesuai. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana coaching ini secara konsisten diimplementasikan di sekolah sebagai salah satu praktek nyata yang mewarnai setiap kehidupan persekolahan. Setiap sekolah adalah unik dan memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, oleh karenanya diperlukan strategi khusus bagi seorang kepala sekolah dalam menciptakan iklim coaching yang cocok diterapkan di sekolahnya sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi semua warga sekolahnya


      Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan prasarana”.
Namun kenyataan dilapangan masih banyak kepala sekolah yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan ini disebabkan karena dalam proses pengangkatannya tidak ada trasnfaransi, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan lebih berorientasi pada pemikiran bagaimana mempertahankan jabatanya dan komonikasi yang positif dengan atasanya dari pada berorieantasi pada pengembangan sekolah itu sendiri.
kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Kepala sekolah yang baik tentu saja dituntut untuk menguasai kopentensi kepribadian, manejerial, kewirausahaan dan  sosial. Dalam mengelola sekolah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan karyawan , staf TU dan guru diharapkan menggunakan pendekatan caoching, bukan pendekatan atasan dan bawahan yang dikembangkan.

Pada kondisi karyawan dan guru  menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, Kepala Sekolah juga harus memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan dan tanggung jawab karyawan. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya menghabiskan waktu mendengarkan dan menasihati, dan membantu karyawan untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan melalui metode pembinaan.

Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan sebagai Coach yang Baik harus memperhatikan karaktristik sebagai berikut :         
1. Selalu terencana.
      Seorang Kepala Sekolah yang baik selalu membuat membuat perencanaan yang tepat untuk setiap sesi dan mempertimbangkan umpan balik sebagai bagian yang sangat penting dalam proses coaching.

2.Dapat melihat potensi dalam diri pembelajar
      Seorang Kepala Sekolah yang baik haruslah orang-orang yang dapat melihat potensi dalam diri klien mereka, sabar dan fleksibel. Kepala Sekolah juga sebaiknya mempunyai kemampuan untuk mendorong dan memaksimalkan klien mereka untuk mengembangkan potensi tersebut dengan memberikan umpan balik yang mendalam dan berguna. Bila ini tidak terjadi, proses pembimbingan tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

3.Merupakan sumber motivasi bagi kliennya (pembelajar).
     Kesempurnaan bukanlah tujuan yang realistis. Tujuan yang sesungguhnya adalah pembelajaran yang berlanjut serta peningkatan/ perbaikan mutu pembelajar. Proses pembimbingan mungkin saja lama dan membosankan. Oleh karena itu, seorang  Kepala Sekolah yang baik haruslah menjadi sumber motivasi bagi pembelajar.  Kepala Sekolah hendaknya dapat membangun hubungan yang baik dengan pembelajar.

4.Mengetahui pembelajar dengan baik untuk membantunya mengatasi masalah/tantangan psikologis (interference).
     Seberapa banyak Kepala Sekolah dapat membantu peningkatan mutu kinerja pembelajar  sangat tergantung kepada seberapa baik seorang coach memahami pembelajar. Seringkali kinerja tergantung kepada pemikiran, bukanlah keterampilan. Kinerja tergantung kepada pikiran kita. Seberapa khawatir atau cemas kita menghadapi sesuatu hal.  Seorang coach yang baik hendaknya dapat membantu pembelajar mengatasi masalah psikologis/ mental ini.
.
5.Merupakan seorang pembelajar yang unggul.
    Kepala Sekolah yang baik seharusnya merupakan pembelajar yang baik. Seorang coach merefleksikan pengalaman coachingnya sendiri.

6.Mempunyai keterampilan berkomunikasi secara efektif.
      Keterampilan berkomunikasi secara efektif meliputi dua ranah, yaitu verbal dan non-verbal.

Keterampilan verbal meliputi:
a. Suara: berikan pertanyaan dan umpan balik yang bagus.
   Kepala Sekolah yang baik dapat membantu pembelajar berubah tanpa memberitahu apa yang harus ia lakukan. Pertanyaan terbuka yang bermakna akan membantu pembelajar menemukan hal-hal tersembunyi yang selama ini tidak disadarinya, dan merupakan alat yang tepat untuk membantu pembelajar menemukan solusi permasalahan sendiri.
   Seorang coach yang baik juga memberikan umpan balik dengan cara-cara yang tepat dan tidak kasar, serta jujur tapi tidak mendemotivasi.

b. Mendengarkan: dengan hati dan pikiran
  Kepala Sekolah yang baik akan mendengarkan permasalahan pembelajar dengan baik. Coach akan mendengarkan dan memberikan perhatiannya kepada pembelajar secara utuh. Seorang pendengar yang baik tidak hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh pembelajar, tetapi lebih dari itu, coach sebaiknya juga mengamati hal-hal yang tersembunyi dibalik kata-kata tersebut dengan memperhatikan bahasa tubuh, nada, hesitasi (berhenti berkata sejenak), dan pilihan kata pembelajar.

c. Rasa hormat: minimalkan pendekatan atas-bawah (top-down)
   Rasa hormat merupakan kunci terlaksananya hubungan yang baik. Perlakukan pembelajar sebagaimana anda ingin diperlakukan.
  Salah satu kegiatan proses coaching yang sebaiknya lebih diperhatikan oleh coach dalam memberikan rasa hormat kepada pembelajar adalah pada saat pemberian umpan balik. Banyak orang malu/ menghindari untuk memberikan dan menerima umpan balik karena selalu dihubungkan dengan konfrontasi. Sebenarnya tidaklah begitu. Rasa hormat adalah kuncinya. Satu hal penting lainnya adalah jangan terlalu bertele-tele atau tidak langsung ke masalah yang sebenarnya. Tindakan ini memberikan nuansa bahwa anda tidak menghormati pembelajar. Coach dan pembelajar harus berkomitmen untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan dengan penuh rasa hormat.

d. Stop: jangan terlalu cepat menghakimi (men-judge).
  ide di balik adanya coaching adalah membiarkan pembelajar menemukan sendiri solusi permasalahannya dengan teknik bimbingan dan bertanya yang handal dari coach. Sangat tidak disarankan bagi seorang coach untuk langsung menghakimi ide tersebut karena akan melemahkan motivasi pembelajar. Seorang coach yang baik sebaiknya belajar untuk mendengarkan pembelajar. Jangan terburu-buru. Ini bukan berarti seorang coach tidak memberikan saran sama sekali. Tetapi jangan sampai kita sebagai coach terlalu cepat menghakimi pembelajar. Berikan kesempatan untuk mereka mengartikulasikan proses berfikirnya.

Keterampilan non-verbal (bahasa tubuh). 
‘Komunikasi bahasa tubuh sering lebih dari kata-kata.’
      Misalnya ,mengangguk, senyum, kontak mata,  duduk berdekatan tapi jangan terlalu dekat 
      dan tolehkan kepala ke sisi pembelajar sedikit.
Dalam proses coaching sebaiknya dihindari membersihkan sesuatu dari baju, melihat ke   
sekitar ruangan, membersihkan kacamata, mata menatap tajam, melipat tangan,  
menghentakkan kaki ke lantai, menunjuk dengan jari telunjuk, bergerak-gerak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar