Selasa, 28 Juni 2011

Pemasungan hati membelenggu hidup kita

SURAT ECERAN  IV

Surat eceran ini dikirim melalui sms dari seorang kawan lama yang mengkisahkan betapa sakitnya hati saat hatinya tertutup segalanya dalam menjalani kehidupan ini. Sering kita melihat seseorang di penjara karena kesalahan melanggar norma hukum. Betapa tidak nyamannya hidup dalam penjara, kebebasan fisik maupun batin seolah pada titik nadir hidupnya. Penjara yang disebabkan faktor eksternal sudah menyakitkan dan memperkosa hak-hak individu maupun sosialnya, apalagi seseorang dipenjara karena faktor diri sendiri.

Faktor internal yang disebabkan diri individu yang bisa memasung diri sendiri itu meliputi kebencian, ketamakan, iri hati dan kebodohan. Perasaan dan sikap itu bias menutup panca indera kita, kegelapan hati dan ruang gerak pikiran yang terbatas. Sadar atau tidak sadar penasungan hati ini dampaknya lebih menyakitkan dari pada penjara secara fisik. Penjara jenis ini seakan memasung hati dan hidup kita.


Pemasungan pertama adalah kebencian, Ketika hati kita dibelenggu oleh kebencian kita akan cenderung menjadi ganas, ada luapan emosi yang membara, tak terkendali, menunggu waktu letupan.
Penjara pertama ini membuat kita menderita lebih dari yang kita perhitungkan, Penjara ini malah membuat kita melukai diri sendiri dengan gambaran yang berulang-ulang di benak kita, gambaran dari sumber kebencian kita, gambaran yang sesungguhnya hanya dari alam maya, dari alam bawah sadar kita.Ada sakit yang luar biasa, ketika seorang atau sesuatu yang kita benci melewati jarak pandang kita, radar ngilu di hati segera berbunyi walau seseorang atau sesuatu itu tidak menyentuh kita sedikit pun, bahkan mungkin tak mengetahui keberadaan kita.Rekaman rasa sakit segera diputar berulang-ulang di benak kita, kita akan mengalami penyiksaan batin berkali-kali untuk satu peristiwa yang sama.

Pemasungan kedua adalah Ketamakan, ketika mata kita hijau, semua seakan tak pernah tercukupi, kita akan menjadi orang termiskin di dunia, kita cenderung akan mengambil bagian yang bukan menjadi hak kita, kita cenderung merampas hanya untuk memenuhi keinginan yang pada akhirnya tak akan pernah terpenuhi.
Kala Penjara ini menutup hati kita, kita sepertinya terlahir sebagai raksasa dalam dunia kurcaci, tidak ada rasa kecukupan dalam segala hal, kerakusan membawa kita tidak pernah bisa menikmati hidup, selalu ada derita karena merasa tak pernah puas.  Banyak contoh dalam kehidupan di dunia ini berapa orang yang ingin segera kaya, lalu setelah kaya pingin lebih kaya lagi, padahal orang kaya tanpa kepuasaan sebenarnya adalah orang miskin yang punya banyak uang, fenomena inilah yang membuat kita sering mendengar banyak kasus korupsi yang mewabah bak penyakit menular.

Pemasungan ketiga adalah Iri hati, ketika rasa iri tertanam, kita cenderung tak pernah dapat melihat kebahagiaan orang lain, kita merasa tersaingi, ego kita seakan terhina oleh keberhasilannya, ironisnya kita merasa menderita untuk kebahagiaan itu.
Kala Penjara ini menutup hati kita, kita segera dikenakan kacamata yang membuat kita selalu melihat seolah-olah rumput tetangga selalu lebih hijau dari milik kita. Lalu kita pun merasa alam tidak adil terhadap kita, kita akan segera mempersalahkan sekelilingi kita untuk hal yang tidak kita dapatkan.  Yang mengherankan kadang pada saat kita mendengar kesuksesan orang yang sangat jauh dari kita, sering kita merasakan rasa sakit dan rasa iri. Perasaan penderitaan, ada perasaan tidak mengenakkan di hati.

Pemasungan keempat adalah kebodohan, kebocoran pengetahuan ini membuat kita melakukan tindakan-tindakan bodoh yang bukan hanya merugikan orang lain, tapi lebih terutama merugikan diri kita sendiri.
Kala Penjara ini menutup hati kita, kabut kebodohan menyelimuti kita, membuat kita tak menyadari bahwa kita telah merusak diri kita sendiri, perlahan tapi pasti kita terjerumus dalam jurang “Ketagihan” yang luar biasa.  Keterbatasan pengetahuan kita dapat menjadikan kita bulan-bulanan permasalahan yang dihadapinya. Tapi anehnya kita sering tidak menyadarinya, sering kita justru merasakan menjadi orang yang hebat yang mampu mencairkan permasalahan yang dihadapinya. Solusi yang dilemparkannya dalam pemecahan masalah  justru menjadi bomerang buat diri kita selain juga melempar orang lain ke jurang penderitaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar